Mengenal Saya

Foto saya
Zahrina Nurbaiti tinggal di Ulujami, Pesanggrahan. Telah berkeluarga bersama Ir. H. Rudi Lesmana. Saya biasa dipanggil Iin. email: zahrinapks@yahoo.com

Kamis, 01 Januari 2009

Zahrina: Keteladanan Sangat Dibutuhkan Dalam Dakwah







Pagi itu, pukul 09.15 WIB, hari Sabtu tanggal 27 Desember 2008, Zahrina menyambut ramah dan gembira kedatangan Mahasiswi Universitas Mercu Buana (UMB) sebanyak 15 orang di kediamannya Jalan Perdatam Terusan No 4 Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Mereka semua dari beberapa fakultas, seperti Fakultas Komunikasi, Psikologi dan Fakultas Teknik Informatika. Mereka datang untuk silaturrahmi dan berbagi hal-hal positif yang dapat meningkatkan semangat berdakwah terutama di lingkungan kampus mereka, Universitas Mercu Buana.

Acara pagi itu diawali dengan pembacaan al quran oleh Denti dengan dipandu Rika. Selanjutnya diteruskan dengan sharing seputar perjalanan dakwah Iin, sapaan akrab Zahrina Nurbaiti, hingga dirinya ditunjuk sebagai Caleg DPR-RI Dapil 2 Jakarta.

Iin membuka pembicaraan dengan mengungkapkan hal yang terkait dengan dakwah. ”Dalam dakwah, sangat dibutuhkan keteladanan sebagaimana dulu Rasulullah SAW bisa mengajak manusia ke jalan dakwah juga dengan cara yang bijak dan penuh keteladanan,” ujar Iin.

”Jika kita menjadi murobbi (pendididk), jadilah pendidik yang baik, disiplin, amanah, antara ucapan dan perbuatan juga harus sama, sehingga bisa memberikan dampak yang positif bagi para mutarabbi (murid),” lanjutnya.

Pendidik yang sukses dalam dakwah, kata Iin adalah pendidik yang mampu menghasilkan murid yang juga mampu menyebarkan kebaikan pada murid lainnya. Tanpa keteladanan, jangan harap dakwah ini memberikan dampak yang positif bagi para pengikutnya.

Selain keteladanan, lanjut Iin, setiap pendidik (murobbi) harus memiliki hati yang bersih, sehingga mampu memiliki bashiroh atau pandangan yang tajam dalam melihat suatu kebenaran. Demikian pula dalam organisasi di dalam kampus.

Pemimpin juga harus mampu memberikan keteladanan yang baik bagi para pengikutnya. Seperti datang rapat tepat waktu, tidak hanya menyuruh para stafnya saja, tapi juga mau berkorban dan melayani orang lain, bukankah tugas pemimpin adalah melayani dan bukan dilayani.

Acara sharing dan diskusi berlangsung santai namun serius, hal ini terlihat dari wajah para mahasiswi saat mendengarkan masukan yang diberikan Iin. Mereka pun bertanya seputar organisasi dan keteladanan dalam dakwah.

”Bagaimana mbak, jika di kampus kita bersifat agak perfect karena memang menginginkan hasil kerja dakwah yang optimal?” tanya Ketua Keputrian Kampus Mercu Buana, Ice.

Iin menjelaskan, memang baik jika ingin menyelesaikan segala sesuatu secara profesional. Kita juga harus bisa menerima dan menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. ”Dalam berdakwah, kita diibaratkan seperti sebuah bangunan yang saling melengkapi satu sama lain, sehingga bisa menjadi bangunan yang sempurna,” ungkap Iin.

”Lalu bagaimana pandangan mbak Iin, tentang muslimah yang bekerja di kantor sementara di sisi lain juga harus berperan sebagai seorang ibu?” tanya Rika, mahasiswi lainnya yang juga sebagai pembawa acara.

Iin menjelaskan, pada prinsipnya Islam sangat menjunjung tinggi hak-hak wanita. Boleh-boleh saja wanita bekerja sebagai wanita karir, namun ada hal-hal prinsip yang harus ditaati seperti bekerja dengan menggunakan busana muslimah (menutup aurat), tidak berdua-dua dengan pria yang bukan muhrim, tidak berdandan (tabarruj), tidak mendayu-dayu dalam berkomunikasi dengan pria yang bukan muhrim.

”Prinsipnya bersifat lembut namun tegas,” tegas Iin kepada Rika dan juga mahasiswi lainnya. Memang setelah berumah tangga, apalagi mempunyai anak harus dipikirkan juga jenis pekerjaan yang akan digeluti.

Bisa saja dengan jalan membuka katering, butik pakaian, menciptakan aneka kreativitas seperti daur ulang, sulam pita dan sebagainya, ataupun menjadi dosen, sehingga waktu untuk keluarga tetap seimbang. Apalagi kita semua adalah daiyah sebelum tugas yang lainnya.

”Silakan berkarir dan berkarya, namun jangan melupakan kodrat kita sebagai seorang wanita tentunya. Apalah artinya kita sukses sebagai wanita karir namun rumah tangga kita berantakan,” pungkas Iin.

Waktu terus berjalan, hingga tak terasa adzan dzuhur telah berkumandang, acara pun ditutup dengan doa oleh Rika. Karena waktu yang sempit, selain itu Iin juga punya janji yang tidak bisa ditinggalkan, yaitu janji dengan keputrian YISC Masjid Al Azhar, Blok M.

Seolah tak ingin melewatkan kesempatkan, 15 orang mahasiswi Universitas Mercu Buana foto bersama. ”Selamat berjuang ya Mbak, doa kami menyertai Mbak Iin dan Pak Sani. Sukses selalu ya mbak,” doa mereka serempak.


Keterangan Foto:
1. Iin bersama mahasiswi UMB menyimak pembacaan al quran yang dilantunkan Denti
2. Iin menjelaskan tentang pentingnya keteladanan dalam dakwah kepada mahasiswi UMB
3. Iin foto bersama mahasiswi UMB di depan spanduk Idul Kurban
4. Sambil mengepalkan tangan Iin foto bersama mahasiswi UMB



Tidak ada komentar:

Posting Komentar